BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua kajian para psikolog
sekalipun terlihat cukup beragam dari berbeda-beda lingkup kajiannya, namun
pada intinya focus studi mereka adalah untuk mencapai target yang sama, yaitu
memahami kepribadian manusia. Agar kita bisa memahami kepribadian manusia
secara benar, kita wajib mengetahui semua komponen yang memiliki kontribusi
untuk membentuk sebuah kepribadian. Bahkan kita juga harus mengetahui berbagai
factor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian secara baik.
Jauh sebelum para penemu
teori psikologi kontemporer menemukan teori-teorinya tentang struktur
kepribadian manusia, dalam Al-Qur’an sebenarnya sudah menyinggung tentang hal
itu. Dan pada perinciannya dijelaskan pada hadist-hadist Rosulullah SAW. Baik
itu struktur kepribadian,tipe kepribadian dan sampai factor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian.
Dalam pembahasan
kali ini akan menyinggung tentang perihal ayat Al-Qur’an dan hadist-hadit yang
menjelaskan tentang kepribadian manusia.
B. Rumusan Masalah
4.
Ayat dan
Hadist tentang kepribadian?
C. Tujuan
untuk mengetahui tentang struktur kepribadian dalam islam, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, mengetahui pembentukan
kepribadian sosial yang islami dan untuk mengetahui ayat dan hadist mengenai
kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Kepribadian dalam Islam
Struktur
adalah komposisi pengaturan bagian-bagin komponen, dan ssnan komplek
keseluruhan.
James
P. Chaplin mendefenisikan strktur dengan satu organisasi permanen, pola atau
kumpulan unsur-unsur yang bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Struktur
kepribadian memiliki arti integrasidari sifat-sifat dan sistem-sistem yang
menyusun kepribadian.
Dalam
islam, penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan
subtansi manusia, sebab dengan penbahasan subtansi tersebut dapat diketahu
hakikat dan dinamika prosesnya. Subtansi manusia terdiri atas jasad dan ruh.
Masing-masing aspek yang berbeda naturnya ini pada prinsipnya saling
membutuhkan. Jasad tanpa ruh merupakan subtansi yang mati, sedangkan ruh tanpa
jasad tidak dapat teraktualisasikan. Karena saling membutuhkan, diperlukan
sinergi antara keduanya, yang dalam terminologi psikologi islam disebut dengan
nafs.
1.
Struktr Jasmani (jisim)
Jasmani
adalah sbtansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme
fisik manusia lebih sempurna dibanding dengan organisme fisik makhlk-makhluk
lain. Setiap makhluk biotik lahiriah
memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara,
dan air. Keempat unsur diatas merupakan materi yang abiotik (mati). Ia akan
hidup jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik (thaqah al-jismiyah).
Energi kehidupan ini lazimnya disebut dengan nyawa, karena nyawa manusia hidup.
Jisim
manusia memiliki natur tersendiri. Al-Farabi menyatakan bahwa komponen ini dari
alm ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan
diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ.
2.
Struktur Ruhani
Ruh
merupakan subtansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya. Sebagian
ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism lathif), ada yang sutansi
sederhana, dan ada juga subtansi ruhani. Ruh yang menjadi pembeda antara esensi
manusia dengan esensi makhluk lain. Pemahaman hakikat ruh sangat misteri,
bahkan dalam QS: Al-isra’ ruh merupakan urusan Tuhan.
85.
dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
3.
Struktur Nafsani
Nafs
dalam khazanah islam memiliki banyak pengertian. Nafs dapat berarti jiwa
(soul), nyawa, ruh, konotasi yang
berdaya syahwat dan ghadhap, kepribadian, dan subtansi psikofisik
manusia. Maksud nafs dalam sub ini adalah sebagaimana dalam pengertian terakhir.
Pada subtansi nafs ini, komponen jasad dan ruh. Nafs memiliki natur gabungan
antara natur jasad dan ruh. Nafs adalah potensi jasad ruhani (psikofisik)
manusia yang secara inhern telah ada sejak manusia siap menerimanya.
Potensi
ini terikat dengan hukum yang bersifat jasadi-ruhani. Semua potensi yang
terdapat pada nafs berifat potensial, tetapi dapat aktual jika manusia
mengupayakan. Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat
menggerakkan tingkah laku manusia. Aktual nafs membentuk kepribadian, yang
perkembangannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Dalam
konteks ini, nafs memiliki arti psikofisik manusia, yang mana komponen jasad
dan ruh telah bersinergi.
Qalbu
Kata
qalbu terambil dari kata bermakna “membalik” karena ia sering kali ia berbolak
balik, terkadang senang, terkadang susah, kadang kala setuju kadang kala
menolak. Qalbu sangat berpotensi untuk tidak konsisten. Al-qur’an pun
menggambarkan demikian, ada yang baik dan ada pula sebaliknya. Al-Qur’an
menjelaskan bahwa, kata qalbu dapat diartikan sebagai wadah, dilukiskan pula
dengan fuad.
Al-Ghazali
secara tegas melihat qalbu dari du aspek:
1.
Qalbu jasmani adalah daging
sanubari yang terbentuk seperti jantung pisangyang terletak dalam dada sebelah
kiri.
2.
Qalbu ruhani adalah sesuatu
yang bersifat halus, rabbani, dan ruhani yang berhubungan dengan qalbu jasmani.
Bagian kedua ini merupakan esensial manusia.
Pemaknaan
dua aspek tersebut wajar, sebab qalbu merupakan bagian dari nafsani. Setiap
nafsani memiliki komponen fisik dan psikis. Komponen fisik tercermin dalam
qalbu jasmani, sedang komponen psikis tercermin dalam qalbu ruhani.
Akal
Secara
etimologi, akal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribat (ikatan), al-hajr
(menahan), al-nahy (melarang) dan man’u (mencegah). Berdasarkan makna bahasa
ini maka yang disebut orang yang berakal (al-‘aqil) adalah orang yang mampu
menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat jiwa
rasionalitasnya mampu bereksistensi.
Akal
merupakan bagian dari daya nafsani manusia yang memiliki 2 makna:
1.
Akal jasmani, yaitu salah satu
organ tubuh yang terletak dikepala. Akal ini lazimnya disebut otak yang
bertempat dikepala.
2.
Akal ruhani yaitu cahaya ruhani
dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dankognisi.
Dalam
al-qur’an, komponen nafsani yang mamp berakal adalah qalbu. Firman Allah Swt:
46. Maka
Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang
buta, ialah hati yang di dalam dada.
Berdasarkan
ayat ini, para musafir, sebagaimana yang diulas oleh Al-Ghazali dan Al-Zukhalli
berbeda pendapat. Sebagian ada yang berpendapat bahwa qalbu yang berakal, dan
sebagian yang lain menyebut “otak” yang berakal.
Hawa Nafsu
Nafsu
sebagai daya nafsani memiliki banyak pengertian: pertama, nafsu
merupakan nyawa manusia, yang wujudnya berupa angin yang keluar masuk di dalam
tubuh manusia melalui mulut dan kerongkongan. Kedua, nafsu merupakan
sinergi jasmani-ruhani manusia dan merupakan totalitas strukturkepribadian
manusia, ketiga, hawa nafsu yaitu, yaitu bagian dari daya nafsani yang
berarti hawa nafsu yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadap dan
al-syahwat.
Dalam
perspektif psikologi memiliki daya konotasi, konotasi adalah bereaksi, berbuat,
berusaha, berkemauan dan berkehendak. Aspek konotasi kepribadian ditandai
dengan tingkah laku yang bertujuan dan imfuls untuk berbuat. Hawa menunjukkan
struktur bawah sadar atau prasadar dari kepribadian manusia. Apabila manusia
mengubah dominasi hawa nafsunya maka kepribadiannya tidak akan mampu beriksistensi
secara baik. Manusia model ini memiliki kedudukan sama dengan binatang bahkan lebih
hina.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian
Dengan
mengkaji proses penciptaan manusia dan perkembangan manusia serta sifat-sifat
manusia, maka faktor-faktor yang mempengarhi perkembangan kepribadian individu
meliputi:
a.
Potensi yang telah Allah berikan terutama berupa fisik dan ruh serta
sifat-sifat dasar manusia (yang bisa berupa kecenderungan berbuat negatif).
Allah SWT memberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalur
hidupnya.
b.
Sikap, Perilaku, dan
Perlakuan Orang tua, merupakan lingkungan utama
yang akan memberikan pengaruh bagi anak dalam menjalankan aktivitas hidup,
apakah anak akan berkembang sekedar mengikuti dorongan hawa nafsunya, atau anak
akan berkembang menjadi pribadi yang mampu menyeimbangkan antara pemenuhan
kebutuhan fisiknya dengan pemenuhan kebutuhan spritualnya. Dalam hal ini Husain
Mazhari (2003: 1) mengungkapkan bahwa orang tua berpengaruh terhadap nasip dan
masa depan anak serta bagi kebahagiaan ataupun kesengsaraan anak. Rasulullah
Saw bersabda:
“Orang yang
bahagia adalah orang yang telah berbahagia di perut ibunya, dan orang yang
sengsara adalah orang yang telah sengsara diperut ibunya.”
Dengan
demikian hadist ini menunjukkan bahwa nasib seorang anak, bahagia atau sengsara
sebenarnya terletak pada awal pertumbhannya di dalam perut ibunya. Hadist ini
juga menyingkapperanan orang tua dalam menyediakan lahan yang menentukan masa
depan anak, diberbagai tahap perkembangannya.
Husain
Muzhahiri menjelaskan faktor-faktor yang membentuk kepribadian anak:
1.
Cinta kasih dalam pembinaan
kepribadian.
Hasil
penelitian lapangan tentang anak-anak yang dibesarkan dibawah perhatian penuh
orang tuanya sejak bayi hingga tiga tahun dengan anak-anak yang dibesarkan di
lembaga-lembaga anak, ternyata ditemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapat
kasi sayang orng tua memiliki empat sifat: a. Secara umum ketika dewasa mereka
tidak memiliki semangat, b. Tidak mampu mengadakan hubungan sosial, c. Dingin,
tidak punya motivasi dan sulit menyelesaikan pekerjaan, d. Menilai orang lain
selalu negatif dan sulit percaya pada orang lain.
2.
Tidak menghina dan tidak
mengurangi hak anak.
Rasulullah
bersabda: “hormatilah anak-anak kamu dan perbaikilah adab mereka, niscaya
Allah mengampuni kamu.”islam menilai mencium anak adalah suat rahmat, bahkan
Rasulullah berpendapat bahwa orang yang tidak pernah mencium anaknya adalah
tanda bahwa rahmat Allah telah dicabut darinya.
3.
Perhatian pada perkembangan
kepribadian anak.
Tujuh
tahun pertama orang tua membantu perkembangan anak dengan penuh kasih sayang
dan cinta. Tujuh tahun kedua hendaknya orang tua banyak memberikan motivasi
agar anak terampil melakukan berbagai pekerjaan orang tua yang bisa di
bantunya. Orang tua perlu sering memberikan hadiah dan pujian jika anak
melakukan perbuatan baik seperti membantu pekerjaan rumah. Tujuh tahun ketiga,
hendaknya berlangsung hubungan berdasarkan prinsif penghormatan dan musyawarah.
Pada usia seperti ini, orang tua berhak memanfaatkan kemampuan anaknya untuk
melakukan beberapa pekerjaan, akan tetapi dengan bermusyawarah.
4.
Menghindari perkataan kotor
Allah Swt berfirman
dalam QS Ali Imran: 159
159.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246].
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya,
seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
Dari
ayat ini dapat diambil pelajaran oleh para orang tua dalam mendidik anaknya.
Tidak memaksa kehendak, tetapi selalu mengutamakan musyawarah, dengan
menggunakan kata-kata yang baik dan lembut.
c.
Faktor Keturunan (faktor
hereditas)
Bagaimana
pun faktor keturunan dalan membentuk kepribadian anak tidak dapat dipungkiri.
Dalam QS Al-A’raf: 57
“Dan tanah yang
baik, tanam-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah. Dan tanah yang tidak
subur (tidak baik), tanam-tanamannya hanya tumbuh merana.”
Pentingnya
faktor keturunan dinyatakan Raslullah dalam sebuah hadist: “lihatlah kepada
siapa anda letakkan nutfah (sperma) anda, karena sesungguhnya asal (al-‘irq)
menurn kepada anaknya.”
C. Pembentukan Kepribadian Sosial yang Islami
Islam
menggambarkan cara membentuk masyarakat islami yang utama dan ideal. Dan untuk
itu, islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan
pendidikan yang baik, sebagaimana islam juga menyiapkan kesempatan-kesempatan
yang memungkinkannya untuk sanggup memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang
tersimpan.
1.
Menyerahkan diri kepada Allah
Pembentukan
pribadi yang islami, harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.
Hal itu menyangkut akidah dengan cara beriman pada keesaan Allah, dan
menyangkut akhlak, yang berarti seseorang harus berakhlak seperti diperintahkan
Allah. Allah ta’ala menafsirkan makna menyerahkan diri kepada Allah, saat Dia
memberikan contoh ideal yang tercermin sosok Rasulullah Saw.
Firman Allah dalam QS
Al-An’am:162-163
“
katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalahuntuk
Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
kepada Allah.
2.
Kebebasan dan Kemuliaan Manusia
Pembentukan
pribadi yang islami, harus berdasarkan pada asaskebebasan serta kemuliaan
manusia. Selain itu, pribadi seorang muslim harus melepaskan diri pengabdian
kepada selain Allah. Dengan demikian ia benar-benar bisa terbebas dari segala
bentuk ketakutan, kegelisahan dan perasaan apa saja yang memperlemah serta
melecehkan kemuliaan insani. Takut mati misalnya, adalah termasuk sesuatu yang
berlaku secara riil dalam kehidupan umat manusia. Namun terkadang ada seseorang
yang justru memilih menjadi hina didepan orang lain yang lalim, atau lari dari
kancah peperangan atau berkompromi dengan musuh agama.
3.
Membebaskan Pribadi Muslim dari
Faktor-Faktor Ketakutan
Karena
itulah, kita lihat islam berusaha mengatasi rasa takutini dari pendekatan aspek
akidah tauhid. Ia tanamkan akidah atau keyakinan ke hati seorang muslim, bahwa
yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata. Dialah yang membuat
kematian dan kehidupan. Dan Dialah yang menentukan ajal manusia. Apabila ajal
mereka telah datang, maka tidak bisa diundur ataupun dimajukan barang sesaatpun.
Keinginan untuk bisa terus hidup atu bersikap pengecut, bukanlah yang menunda
tibanya ajal. Sama seperti sikap pemberani, bukanlah yang menunda tibanya ajal.
Sama seperti sikap pemberani, bukanlah yang menyebabkan ajal segera tiba. Allah
telah menjelaskan hal itu dalam kitabnya yang mulia.
185. tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Kesehatan
Jiwa
Kesehatan
jiwa dikenal sebagai kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan dirinya
sendiri dan dengan masyarakat dimana ia hidup. Adaptasi inilah yang
mendatangkan kenikmatan hidup dan menghilangkan kekacauan-kekacauan yang penuh
semangat. Sesuai dengan pengertian ini seseorang akan ridha terhadap dirinya
sendiri, dan tidak memperlihatkan hal-hal yang menunjukkan adanyaketidak
cocokan sosial. Ia tidak akan melakukan perilaku-perilaku sosial yang
kontroversial. Sebaliknya ia justru melakukan perilaku-perilaku rasional yang
menunjukkan adanya keseimbangan emosional, sentimen, dan rasional dalam berbagai
bidang dan selalu bersikap tenang disemua situasi dan kondisi.
Manhaj
islam dalam pembentukan pribadi muslim, menjadikan sebagai pribadi yang matang
dan sanggup menikmati semua gejala dan sendi-sendi kesehatan jiwa sebagai
berikut:
1.
Iman dan
kemantapan hati
Iman
dan kemantapan hati yang dirasakan seorang muslim akan menciptakan adanya
keseimbangan emosional, sentimen dan akal. Firman Allah dalam QS ibrahim: 27
2.
Memelihara
hubungan bersama Allah
3.
Fleksibel
dalam menghadapi berbagai masalah
4.
Bersabar
dalam cobaan dan bersyukur dalam kebahagiaan
5.
Hati yang
senantiasa berjaga
6.
Menjaga
hubungan baik dengan sesama muslim
7.
Selalu
optimis
D. AYAT AL-QUR’AN DAN
HADIST NABI TENTANG KEPRIBADIAN
QS. Shaad (38): 71-72 ;
QS. Shaad (38): 71-72 ;
71. (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:
"Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah".
72. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadaNya".
QS Al-Qashas: 77
77. dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
QS. Ar-Ruum (30):22
22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui.
Hadist
Nabi Saw:
“sesungguhnya
salah seorang dari kalian telah dikumpulkan proses penciptaannya didalam perut
ibunya selama 40 hari. Kemudian selama 40 hari dia akan menjadi ‘alaqoh
(segumpal darah) dan menjadi Mudghoh (sekerat daging) pada 40 hari lagi.
Setelah itu dikirim malaikat meniupkan ruh kedalamnya”
“tidak ada seorang jabang bayipun kecuali dia terlahir
berdasarkan fitroh. Lantas kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi
orang yahudi, nasrani, maupun majusi”
“Wahai Rosulullah, beritahukan (mana saja yang termasuk
kebaikan dan dosa) kepadaku!” Rosulullah bersabda, “kamu dating untuk bertanya
kepadaku tentang kebaikan dan keburukan?” Aku menjawab, “iya” lantas Rosulullah
mengumpulkan ketiga jarinya. Beliau memasukkannya kedadaku sembari berkata,
“Wahai Wabishah, mintalah fatwa kepada dirimu sendiri! Kebaikan adalah sesuatu
yang dirasakan tenang oleh hati dan jiwa. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang mengusik
hati dan menciptakan kebimbangan dalam dada”
“sesungguhnya aku menciptakan
hamba-Ku dalam keadaan memeluk agama yang hanif. Lalu setan mendatangi mereka
dan memalingkan mereka dari agama mereka”. (HR. Muslim)
“tidak ada keutamaan bagi seseorang atas orang lain kecuali
dengan pertimbangan agama atau ketakwaan”. Didalam riwayat lain, “tidak ada
keutamaan lain bagi seseorang atas orang lain kecuali berdasarkan agama atau
amal sholeh”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
penentuan
struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari pembahasan subtansi manusia,
sebab dengan penbahasan subtansi tersebut dapat diketahu hakikat dan dinamika
prosesnya. Subtansi manusia terdiri atas jasad dan ruh. Masing-masing aspek
yang berbeda naturnya ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Jasad tanpa ruh
merupakan subtansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak dapat
teraktualisasikan. Karena saling membutuhkan, diperlukan sinergi antara
keduanya, yang dalam terminologi psikologi islam disebut dengan nafs.
faktor-faktor
yang mempengarhi perkembangan kepribadian individu meliputi:
1.
Potensi
2.
Sikap, Perilaku, dan Perlakuan
Orang tua
3.
Faktor
Keturunan
Islam
menggambarkan cara membentuk masyarakat islami yang utama dan ideal. Dan untuk
itu, islam menyiapkan semangat yang kondusif untuk pertumbuhan yang sehat dan
pendidikan yang baik, sebagaimana islam juga menyiapkan kesempatan-kesempatan
yang memungkinkannya untuk sanggup memperlihatkan kemampuan-kemampuannya yang
tersimpan.
1.
Menyerahkan diri kepada Allah
2.
Kebebasan dan Kemuliaan Manusia
3.
Membebaskan Pribadi Muslim dari
Faktor-Faktor Ketakutan
DAFTAR PUSTAKA
Erhamwilda. Konseling Islami. Yokyakarta:
Graha Ilmu. 2009.
M. Jamaluddin Mahfuzh. Psikologi Anak dan
Remaja Muslim. Jakarta: Pustaka Al-khautsar. 2001.
Mujib, Abdul. Kepribadian Dalam Psikologi Islam.
Jakarta: Raja Grafindo. 2006.
Mukhlis. Psikologi Islam. Pekanbaru:
Almujtahadah Press. 2001.
Terima kasih atas makalah yang anda paparkan, adanya makalah ini telah membantu saya untuk mengetahui serta memahami dan mendapatkan ilmu yang luas dari makalah yang sobat jelaskan, semoga terus lebih baik dan menjadi yang terbaik amiiin.
ReplyDeleteGreat read thankkyou
ReplyDelete