MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA DAN PENYEBARANNYA

1.      Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia
Ada teori yang berpendapat baru abad ke-13 M. yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan lainnya, dan yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi yann antara lain dikemukakan W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi, Hamka,  Uka  Tjandrasasmita  dll.  Masing-masing  golongan  membuat argumentasinya. Tetapi bagaimanapun kami berpendapat yang benar abad ke-1 H. atau abad  ke-7  M.  dan  langsung  dari  Arabia (Kami  telah  membicarakan  kelemahan-kelemahan teori abad ke-13 M. dalam Sejarah Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975 dan seterusnya serta dalam berbagai tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional dan penyebaran atau penyampaiannya  secara lebih mendalam oleh para da’i dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia  sendiri.  Waktu  kedatangan  dan  penyebaran  Islam  di  Indonesia  melalui beberapa fase dan yang abad ke-7 M. baru di bagian Barat Indonesia saja, Penyebaran Islam di Indonesia bahkan
di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai dengan  prinsip-prinsip  konsep  Islam.  Proses  Islamisasi  melalui  berbagai  jalur : Perdagangan,  Pernikahan,  Memasuki    birokrasi,  Sufisme,  Pendidikan (Pesantren), Kesenian.

2.      Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Indonesia
Setelah terjadi proses penyebaran Islam lambat laun tumbuh dan berkembang Keultanan-Kesultanan dengan dinamika sejarahnya dalam berbagai aspek:social- politik, social ekonomi-perdagangan, social keagamaan dan kebudayaan. Dalam bidang social-politik  biasanya terjadi  pergantian  kekuasaan  yang mulus tetapi kadang-kadng tidak mulus. Tidak mulus disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan keluarga; dan juga kadang-kadang karena hasutan politik dari luar dari pihak yang menginginkan penjajahan  termasuk  bidang  monopoli  perdagangan.  Dalam  menjalankan  politik pemerintahan Kesultanan mempunyai system birokrasi yang cukup lengkap, tetapi jika mulai dimasuki system birokrasi Barat (dari Penjajah) mulai terjadi perlawanan. Tumbuh dan berkembangnya Kesultanan -Kesultanan di Indonesia tidak menunjukkan persamaan kaena ada yang sejak abad ke-16, 17 dan   ke-18 M.mulai memudar bahkan pada awal abad ke-19 M. mulai di bawah lindungan pemerintahan jajahan (terutama Belanda sejak VOC -Hindia Belanda) dan ada yang baru awal abad ke 20 M. contohnya Kesultanan Aceh Darussalam baru dikuasai Hindia-Belanda. Bahkan pada abad ke-19 M. di mana-mana timbul gerakan social dan keagamaan misalnya Pemberontakan Cilegon, Perang Padri,  Pemberontakan  Antasari,  dan  di  daerah-daerah  lainnya.  Pemberontakan  atau perlawanan-perlawanan terhadap penjajah tersebut umumnya dipimpin para Kiai atau Ulama.
Di antara sejumlah Kesultanan di Indonesia yang pada abad ke-17 M. mencapai keemasan  dilihat  dari  berbagai  aspek  kehidupan:  politik,  ekonomi-perdagangan, keagamaan dan kebudayaan:  ialah Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultan Iskandar Muda, Kesultanan Mataram semasa Sultan Agung Hanyakrasusumo, Kesultanan Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Gowa semasa Sultan Hasan Uddin. Dapat kita catat tentang kemajuan keagamaan terutama yang memberikan warisan kesasteraan agama Islam mengenai berbagai hal: Taugid, Tasawuf dan Tarekatnya, Fikh, Musyah Al-Qur’an,  dan lainnya ialah Kesultanan Aceh Darussalam, kemudian Kesultanan Banaten. Aceh terkenal dengan para ulama besarnya dan tempat berguru para kiai sebelum pergi menenuaikan ibadah haji, karena itu sering digelari Aceh Serambi Mekkah. Di Aceh hidup  Hamzah  Fansuri (w. 1527  M.),  Syamsuddin  As-Sumaatrani (abad 17  M.), Nuruddin Ar-Raniri ( abd-17 M.), Abdurrauf As-Singkili (abd 17 M.)dan lainnya. Dari Aceh mulai sastra keagamaaan Islam yang ditulis dalam huruf Jawi berbagasa Melayu dan tersebar ke berbagai daerah Indonesia: di Sumatara, di Bima, Maluku, Sulawesi-Buton, Kalimantan. Demikian pula pengaruhnya ke Banten , Cirebon dan lainnya. Pada abad 17 dan 18 Masehi hubungan atau jaringan kuat antara ulama-ulama Timur Tengah dan Melayu-Indonesia. KItab-kitab Fikh yang tersebar sejak masa lampau di Indonesia telah  banyak dibicarakan dan dapat kami catatan pada umumnya di Kesulatanan-Kesultanan di Indonesia menerapkan Syari’ah terutama di bidang Ubudiyah, Muamalah dan Hudud, tetapi dalam bidang Jinayah tidak kecuali satu masa di Kesultanan Aceh Darussalam semasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 tetapi kemudian dihapus mada masa Iskandar Thani (baca Denys Lombard: Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskanda Muda (1607-1636), KPG-EFEO 2006, hlm. 118-119)
Hubungan perekonomian dan perdagangan antar Kesultanan di Indonesia dan antar Bangsa dengan negeri-negeri di Asia Tenggara, Di Timur Jauh: Cina, Jepang dan lainnya dan juga dengan Timur Tengah: Arabia, Persi (Iran), Irak, Turki, Mesir dan lainnya  berjalan  terus  sekalipun  penah  dirintangi  oleh politk monopoli perdagangan Portugis dan Belanda. Setelah penjajahan VOC dan kemudian Hindia Belanda praktis beberapa  Kesulatanan  perekonomian  dan  perdagangannya  beralih  kepada  penjajah kecuali  Aceh  baru  pada  awal  abad  ke-20  awal.  Hubungan-hubungan  ekonomi pedagangan dengan negeri-negeri Islam diperkuat juga dengan hubungan   persabatan dalam menghadapi penjajahan.
Dapat pula kita  catat  bahwa meskipun penjajahan VOC-Hindia Belanda merupakan factor keruntuhan  bagi  Kesultanan-Kesultanan  di  Indonesia namun perlawanan dengan cara pemberontakan seperti telah dikatakan di atas berjalan terus. Untuk  merintangi atau menghalangi  kegiatan-kegiatan Islam di berbagai bidang Pemerintah Hindia Belanda misalnya dalam bidang ibadah haj dikeluarkanlah  Haji Ordonansi 1922 yang sebanarnya merugikan umat Islam Indonesia. Demikian pula di bidang pendidikan muncul Ordonnansi Guru, 1925. Politik penjajahan Belanda untuk merintangi berbagai upaya bagi umat Islam telah diatur pula oleh Het Kantoor voor Inlandsche Zaken , tetapi anehnya lebih mengatur kehidupan keagamaan yang dianut bangsa Indonesia yang dapat kita perhatikan dalam disertasi H. Aqib Suminto “ Politik Islam Hindia Belanda” LP3S, 1986.
Mengenai keberadaan pendidikan zaman Penjajahan Belanda dengan berbagai gerakan  pendidikan  sebagai  lawan  perimbangan  terhadap  system  pendidikan  yang diciptakan  Penjajahan  Belanda  misalnya  tumbuh  dan  berkembangnya  pendidikan-pendidikan Islami yang dipelopori oleh Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Thahir Jalaluddin, Syaikh Mugammad Jamil Jambek dll di daerah Minangkabau dan di antara lain yang berpengaruh ialah pendidikan Surau Jembatan Besi. Demikian juga di Jakarta waktu itu tahun 1905, Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji Abdulkarim dengan Hayatul Qulub di Majlengka, dan gerakan-gerakan pendidikan sebagai pembaruan untuk pendidikan Islam. (Baca: Deliar Noer: Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942.). Demikian pula dibicarakan hal-hal berhubungan dengan gerakan politik dari tahun tahun tersebut.
Setelah  jaman Penjajahan  Belanda bagaimana kehidupan politik dan lainnya dalam Islam di Indonesia pada zaman Pendudukan Jepang, kita akan mendapat gambaran bagaimana dari salah sebuah buku yang juga menerangkan tentang segi positif dan segi negatifnya tindakan Pemerintah Pendudukan Jepang, terlebih yang diakibatkan  tindakan-tindakan  Jepang  yang  menyebabkan  penderitaan  rakyat  yang  juga  menimbulkan pemberontakan-pemberontakan di beberapa tempat (Baca: Harry J. Benda “Bulan Sabit Dan Matahari Terbit. Islam Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang.” Pustaka Jaya, 1985).

3.      Kesimpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa   sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika histories yang  menggembirakan..  Di  zaman  Keemasan  Kesultanan-Kesultanan  di  Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama  abad  ke-17  M. telah memberikan warisan sejarah  yang  gemilang  dalam  berbagai  aspek:  Sosial-  politik  Sosial-ekonomi-perdagangan,   Sosial -keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang dapat dibanggakan. Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik, ekonomi-perdagangan  maupun  system  pemerintahan  maka  umat  Islam  mengalami keresahan  yang  akibatnya  muncul  perlawanan  atau  pemberontakan  melwan  politik penjajahan  baik  melalui  gerakan  politik  mapun  gerakan  keagamaan  dan  gerakan pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Muslim di bawah pimpinan para ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan, pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama menuju sekulerasmi dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang berlandaskan keagamaan dsb.
Demikian secara garis besar nasib umat Islam di Indonesia selama penjajahan dan bagaimana seharusnya  untuk  masa  kini  dan  mendatang  untuk  menumbuhkan  citra kejayaan Islam kita Indonesia, mungkin perlu diusahakan:
  1. Terpeliharanya ukhuwah Islamiah di kalangan umat Islam Indonesia khususnya dan umat Islam di dunia pada umumnya;
  2. Melakukan serta meningkatkan kehidupan keagamaan bagi kehidupan dan kesejahteraan dunia dan akhirat dengan berpedoman kepada isi dan maknanya Al-Qur’an dan Hadis serta ajaran-ajaran dalam Syari’ah;
  3. Memperjuangkan keadilan serta menegakkaanya untuk mencapak ketertiban, keamanan, kenyamanan serta kebahagiaan umat Islam;
  4. Mengupayakan kemajuan dalam pendidikan keagaamaan baik formal maupun Non-formal demi kecerdasan umatnya serta ketakwaannya kepada Allah SWT.
  5. Memajukan bidang seni-budaya Islami melalui berbagai kegiatan di kalangan anak-anak, remaja serta dewasa umat Muslim.

MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA DAN PENYEBARANNYA Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment

Please jangan Komentar spam, karena sudah dipermudah untuk berkomentar